Kamis, 24 Maret 2011

Reza: Kutipan Sejarah__"Pendirian yang Teguh"

Pada situasi kritis dan sulit yang terjadi pada tanggal 19 Desember 1948, yaitu sewaktu ribuan tentara payung Belanda diterjunkan dan menyerang Yogyakarta secara mendadak, para pemimpin Republik memutuskan untuk tetap tinggal di Yogyakarta, yang berarti mempunyai kemungkinan besar ditawan oleh tentara Belanda. Tetapi Soedirman membuat keputusan untuk tetap bersama prajurit dan rakyat melanjutkan perjuangan dengan melalui perang gerilya, walaupun kondisi fisik pada waktu itu dalam keadaan parah karena penyakit paru-paru yang berat.

Betapa besarnya kerugian psikologis yang akan menimpa perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, apabila pada waktu itu yang menduduki jabatan Panglima Besar dan juga merupakan lambang dan keberadaan TNI, ikut-ikut menyerah dan ditawan oleh musuh. Keteguhan pendirian telah ditopang oleh rasa keagamaan yang sangat kuat, sehingga yang menimbulkan keyakinan bahwa kebenaran tidak akan pernah kalah, dan berjuang mempertahankan tanah air adalah bagian dari kebenaran itu, selanjutnya apabila ajal kemudian menjemput, maka kematian itu adalah bersifat syahid.Keteguhan itu juga ditopang oleh kayakinan terhadap kekuatan nilai-nilai demokrasi, yaitu bahwa rakyat adalah merupakan sumber kekuatan yang tidak akan pernah habis. Keyakinan itu secara terus menerus diusahakan untuk ditanamkan kepada anak buahnya, melalui petunjuk-petunjuk dan keteladanan tentang bagaimana nilai-nilai itu seharusnya diamalkan. Soedirman memang seorang pendidik, lulusan Sekolah Guru Muhammadiyah dan kemudian mengawali karirnya sebagai seorang guru dan baru kemudian terjun ke bidang ketentaraan. Darah, daging, dan jiwanya memang diliputi oleh semangat untuk mendidik dan membimbing orang-orang di sekitarnya menuju terwujudnya nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia juga pengabdian kepada masyarakat secara tulus, juga merupakan seorang yang taat beragama, telah melengkapi keutuhan pribadinya sebagai pendidik yang utama. Keberhasilon mengembangkan gaya kepemimpinan yang mengkombinasi bakat sebagai guru, yang mampu berlaku sabar dan konsisten di dalam membimbing anak didik, serta sikap dasar keagamaan yang yakin kepada kebenaran terhadap perjuangan, tabah dan tawakal didalam menghadapi kesulitan. Soedirman merupakan salah satu contoh terbaik dari prajurit yang mempunyai prinsip : "Satunya Kata Dengan Perbuatan". Di dalam dirinya terkandung jiwa dan semangat keprajuritan yang patut diteladani. Di dalam seluruh perjalanan hidupnya, terukir nilai-nilai luhur kepemimpinan yang secara konsekuen dilaksanakan.

Tidak ada komentar: